Search

Senin, 25 Oktober 2010

Pengertian Alay

Alay itu adalah Anak Layangan. Sebenarnya sih Tren Alay itu bermula dari Anak Kampungan dan Kuno
Entah dari mana tren tersebut lahir, nampaknya para anak gaul yang berada di pusat informasi (kota) menjadi pencetus eksisnya golongan alay tersebut. Pertama kali istilah alay keluar, alay ditujukan bagi mereka yang berpenampilan dengan potongan rambut berponi menutupi sebelah mata, kaos hitam ketat, dan skinny jeans. Alay digunakan untuk menyebut mereka yang berpenampilan emo di dalam mall, mereka yang nongkrong-nongkrong di depan warung sambil memamerkan poni mereka dan rantai panjang di celana mereka. Namun seiring kemudian muncul deskripsi alay lagi, alay digunakan untuk menyebut mereka yang hobi berfoto narsis dengan sudut dari atas, kemudian tangan di mulut atau dimuka, sambil senyum manyun. Tak lama itu pengertian alay bertambah menjadi mereka yang turut menggunakan huruf besar dan huruf kecil ketika mengetik, mereka yang menyingkat-nyingkat kata-kata hingga susah untuk dibaca. Tidak ada habisnya. Bahkan sekarang mereka yang menghina-hina orang alay pun dibilang alay. Pengertian alay semakin bias dan tidak terkendali. Bahkan di kamus besar bahasa Indonesia pun tidak ada penjelasannya.

Akhirnya saya menemukan pencerahan di sebuah tulisan yang saya baca. Bahwa ternyata kita menyebut alay bagi mereka yang ketinggalan informasi dan ketinggalan tren. Jadi apa yang dulu kita senangi dan sekarang kita sudah bosan akan itu, kemudian orang lain baru mulai menyenangi hal tersebut, kita menyebut golongan tersebut adalah golongan alay. Jika itu, maka alay adalah generasi penerus kita. Sebuah lapisan masyarakat yang memiliki kecepatan menangkap perkembangan gaya hidup yang terlambat. Mereka yang meneruskan apa yang dahulu pernah kita lakukan atau pernah kita jadikan tren.
Jadi apakah perilaku alay itu adalah sebuah kesalahan? Belum tentu juga. Karena itu merupakan hal yang dahulu pernah kita anggap sebagai tren (yang tidak alay). Apakah mereka yang kita anggap kuno adalah alay? belum tentu juga. Karena tren berubah-ubah dan berbeda-beda. Bisa saja malah kita yang dianggap alay oleh komunitas disekitar kita. Jadi perlukah kita merendahkan perilaku alay menurut definisi kita masing-masing? Berhati-hatilah, mungkin disaat kita menertawai mereka di dalam hati karena perilaku alay mereka, mereka juga sedang menertawakan kita karena menurut mereka kita adalah alay.
Dan terakhir ada satu kutipan yang ingin saya tampilkan. Ini merupakan definisi alay oleh mereka yang mengaku tidak alay


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger